Sabtu, 26 Maret 2011

Kisah Kepompong Kecil


Pada suatu ketika di sebuah hutan hiduplah seekor ulat kepompong yang malang. Kepompong itu tinggal sebatang kara di salah satu pohon di hutan tersebut. Kedua orang tuanya meninggal beberapa waktu yang lalu, dan semenjak saat itu dia hanya tinggal sendirian. Suatu hari di bawah pohon tersebut lewat seekor ular yang besar dan congkak.
“Hai kepompong kecil, menyedihkan sekali nasibmu. Hidup sendiri tak punya keluarga, tak ada yang melindungi!” ujar si ular dengan nada meremehkan.

“Di matamu hidupku mungkin memang menyedihkan, tapi justru kesendirian inilah yang membuatku belajar mandiri dan melindungi diriku sendiri” jawab kepompong dengan tenang.
Mendengar jawaban kepompong, ular pun pergi berlalu meninggalkannya dengan tatapan yang congkak. Beberapa saat kemudian, seekor burung hinggap di dahan pohon tempat tinggal si kepompong. Burung itu memiliki warna bulu yang sangat indah sekali. Tiba-tiba ia menyadari jika di sebelah tempatnya bertengger ada seekor kepompong kecil.
“ Oh...ternyata ada kepompong kecil yang buruk rupanya di sini? Jelek sekali rupamu kawan, berbeda sekali denganku yang memiliki bulu-bulu yang indah ” ujar si burung sambil memamerkan bulu-bulu indahnya terbang mengitari si kepompong.

“Kau benar kawan, rupamu memang berbeda sekali denganku.  Kau begitu cantik dengan warna bulu-bulumu yang indah. Sedangkan aku hanya seekor ulat kecil yang buruk rupa” jawab kepompong seraya tersenyum.

“baguslah jika kau mengakuinya. Aku yakin sampai kapanpun tak kan ada orang yang tertarik berteman denganmu” ucap si burung seraya terbang meninggalkan si kepompong.
Sepeninggalan si burung, kepompong itu teringat pesan ibunya sebelum meninggal, ibunya berkata “jangan pernah menyerah dan putus asa dalam menjalani kehidupan ini. teruslah belajar untuk menjadi lebih baik. sesungguhnya kita tidak pernah sendirian dalam hidup ini, karena Allah selalu bersama kita, bersama orang-orang yang sabar”. Kepompong itu kemudian berdoa kepada Allah semoga dia selalu diberikan kekuatan untuk terus belajar menjadi lebih baik, bersabar menjalani hidupnya, dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah. Akhirnya si kepompong pun tertidur pulas  karena hari sudah larut malam.
Keesokan harinya matahari memancarkan sinarnya melewati celah-celah dedaunan yang basah oleh tetesan embun. Kopompong kecil pun terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba kepompong kaget bukan kepalang karena mendapati dirinya sudah berubah. Tubuhnya kini tak lagi berbentuk ulat kecil, tapi kini dia  memiliki sepasang sayap indah nan elok berwarna coklat keemasan. Perlahan-lahan dia mencoba mengepakkan sayapnya, dan ternyata dia bisa terbang. Sejak saat itu kepompong kecil telah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik rupawan. Dia kini memiliki banyak teman dan dikenal di hutan karena sifatnya yang suka menolong dan baik hati. Kesabarannya selama ini telah berbuah manis. Hinaan dan cacian dari teman-temannya selama ini, selalu dihadapinya dengan sabar dan lapang dada. Bahkan semua itu menjadikannya semakin mandiri dan belajar menjadi lebih baik lagi sesuai pesannya ibunya.
Begitupun halnya dengan kita, kisah kepompong kecil ini adalah sebuah pelajaran berharga bagi kita. Kesabaran itu suatu saat pasti akan berbuah manis. Kita harus selalu sabar akan sikap orang yang meremehkan kita, kita harus selalu sabar untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Dalam belajar di sekolah kita pun bisa mejadikan kisah kepompong ini sebagai suri tauladan. Kita harus selalu semangat belajar, jangan malas dan mudah menyerah karena kesabaran dan ketekunan itu pasti akan berbuah kebaikan untuk kita nantinya.

karya: Apriani Yulianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar